Sabtu, 26 Januari 2013

A little thing... (Cerita di Tanah Pak Dirman part 2)

Hampir empat tahun berlalu semenjak kedatangan gw di Tanah Pak Dirman ini. Banyak sudah yang gw lewatin disini. Dari kehidupan akademik kampus yang bikin kepala pusing, kehidupan lingkungan luar kampus yang amazing, sampai kehidupan cinta yang kadang bikin mata juling.

Flash Back ke tahun 2008....

Disini gw ga cuma punya tujuan buat belajar tentang teori dan menjadi manusia tanpa hati yang dijejali teori doang -apa sih? ('=,=)- tapi juga gw butuh berdinamisasi. Gw butuh berinteraksi, menjalani kehidupan sosial, dan melakukan hal-hal yang layaknya seorang manusia lakukan. Karena kita bukanlah robot, yang diatur dan di-setting dengan monoton.

Menurut teori hierarki kebutuhannya Maslow, manusia memiliki tingkatan-tingkatan kebutuhan dalam hidupnya dan dimanapun lingkungan tempat dia berpijak manusia tetaplah makhluk sosial yang pasti mengalami interaksi sosial, sekeras apapun dia menghindar dari kehidupan sosial. Ya, it's all makes sense, when you realize that you're not the only person who struggling in these circle. Menjadi diri sendiri bukan berarti tidak peduli terhadap orang lain disekitar kita, lalu menjadi 'pemberontak' yang tidak punya tujuan dan berupaya keluar dari nilai-nilai yang ada.
Proses yang demikian menurut gw bisa dibilang sebagai aktualisasi diri. Nah, apa sih aktualisasi diri?

berdasarkan hasil perburuan di Mbah Google, gw menemukan bahwa orang yang telah beraktualisasi diindikasikan sebagai berikut:

  1. Memusatkan diri pada realitas (reality-centered), yakni melihat sesuatu apa adanya dan mampu melihat persoalan secara jernih, bebas dari bias.
  2. Memusatkan diri pada masalah (problem-centered), yakni melihat persoalan hidup sebagai sesuatu yang perlu dihadapi dan dipecahkan, bukan dihindari.
  3. Spontanitas, menjalani kehidupan secara alami, mampu menjadi diri sendiri serta tidak berpura-pura.
  4. Otonomi pribadi, memiliki rasa puas diri yang tinggi, cenderung menyukai kesendirian dan menikmati hubungan persahabatan dengan sedikit orang namun bersifat mendalam.
  5. Penerimaan terhadap diri dan orang lain. Mereka memberi penilaian tinggi pada individualitas dan keunikan diri sendiri dan orang lain. Dengan kata lain orang-orang yang telah beraktualisasi diri lebih suka menerima anda apa adanya ketimbang berusaha mengubah anda.
  6. Rasa humor yang ‘tidak agresif’ (unhostile). Mereka lebih suka membuat lelucon yang menertawakan diri sendiri atau kondisi manusia secara umum (ironi), ketimbang menjadikan orang lain sebagai bahan lawakan dan ejekan.
  7. Kerendahatian dan menghargai orang lain (humility and respect)
  8. Apresiasi yang segar (freshness of appreciation), yakni melihat sesuatu dengan sudut pandang yang orisinil, berbeda dari kebanyakan orang. Kualitas inilah yang membuat orang-orang yang telah beraktualisasi merupakan pribadi-pribadi yang kreatif dan mampu menciptakan sesuatu yang baru.
  9. Memiliki pengalaman spiritual yang disebut Peak experience.

Ngopas dari http://www.praswck.com/aktualisasi-diri-menurut-abraham-maslow

Sejenak gw merenung, dan menyimpulkan bahwa inilah yang dimaksud proses pendewasaan. Tapi bener ga ni? apa cuma perasaan gw aja? ciyus ni?
Kalo gitu, berarti bisa dibilang bahwa orang yang telah beraktualisasi dan merasakan hal-hal diatas artinya adalah orang yang telah dewasa secara mental?
Mungkin. Tapi satu hal yang gw yakinin bahwa hidup adalah proses pembelajaran tanpa henti, that's a circle, it's a cycle.

Wow... Ga kerasa udah lama disini. Tahapan demi tahapan untuk bertransformasi menjadi seorang "pria" sudah dilalui. Tapi bukan berarti gw dah dewasa sepenuhnya. Terkadang, sifat boyish gw mendominasi manly gw. Adakalanya ketika keinginan gw tidak bisa dipenuhi misalnya,dulu gw kadang bisa pundung ga jelas, tapi semenjak gw mulai belajar disini, gw mencoba untuk lebih gentle dalam menyikapinya, dan lebih berusaha untuk mencari jalan keluarnya. Itu gw rasain ketika bertemu seseorang yang sebenarnya dialah yang mengubah hidup gw. Bukan gw yang mengubah dia.
Semua semakin jelas, ketika gw mencoba buat lebih dewasa dalam membedakan apa yang diinginkan dan apa yang dibutuhkan. Gw ngerasa, ini toh rasanya ketika orang lain menghadapi gw yang bersikeras akan keinginan gw. Gw pun mendapat pelajaran lain dari situ.



Ya begitulah, pelajaran tak henti sampai disini.. pelajaran tentang hidup tentunya. Bahkan mungkin akan terus berlanjut sampai nafas gw tersengal-sengal karena lelah yang menggerogoti raga yang semakin tua kelak.

Purwokerto, 26 Januari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar